INTERNALISASI
NILAI PROFETIK DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
Oleh : Yollanda
Oleh : Yollanda
Ketika
kita berbicara tentang pendidikan karakter pada hakikatnya kita sedang
berbicara tentang manusia itu sendiri karena pendidikan merupakan sarana strategis dalam pembentukan
karakter, akan tetapi ketika kita melihat kondisi sosial
masyarakat sekarang sudah banyak mengalami pergeseran nilai di setiap lini
kehidupan, mulai dari kasus korupsi
sampai kasus asusila. Ary Ginanjar agustian (2008) menyampaikan beberapa point
penting tentang kondisi indonesia saat ini. Lembaga Transparansi Internasional
yang bermarkas di Berlin menempatkan indonesia pada ranking 137 dari 159 negara
dalam hal korupsi tahun pada 2006, Sebanyak 42,3 % pelajar SMP dan SMA di
cianjur telah melakukan hubungan seks di luar nikah, di indonesia diperkirakan
setiap tahunya terjadi 2 s/d 2,6 juta kasus aborsi atau terjadi 43 aborsi untk
setiap 100 kehamilan 30% diantaranya diperkirakan dilakukan oleh penduduk
berusia 15-24 tahun, Geng di SMA Negeri
34 (SMA teladan dan idola di jakarta) melakukan penyiksaan siswa-siswi yunior,
agama yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai luhur berhenti pada masalah
ritual saja, dan terakhir tentang kasusu
UAN di padang, Sumatra Barat semua siswa
SMK Dhuafa Nusantara memboikot pelaksanaan UAN karena melihat adanya kebocoran
soal ujian yang dilakukan oleh pengawas UAN. Kemudian pertayaan yang akan
muncul kenapa akhirnya praktek-praktek penyimpangan itu banyak terjadi dalam
dunia pendidikan, padahal kita ketahuai bahwasanya pendidikan merupakan sarana
strategis dalam mengembalikan nilai-nilai kemanusian dan membentuk karakter.
Perspektif Profetik
Melihat dari realitas diatas Lantas karakter seperti apakah yang dapat di jadikan teladan untuk
menuntaskan permasalahan-permasalahan bangsa indonesia yang ada. Adapun Manusia yang patut di jadikan
teladan yang baik yaitu nabi karena
Ia memikirkan kepetingan masyarakat dan meninggalkan kepentingan pribadi, dengan
membimbing kaum miskin dan budak belia melawan setiap penindasan dan
ketidakadilan, serta mempunyai tujuan untuk menuju kearah pembebasan. Kita mengetahui bahwa ada 100 orang yang berpengaruh di dunia, Muhammad dan Isa
menempati posisi atas. Di indonesia bebrapa tokoh besar bangsa
bahkan para pahlawan kita sangat meneladani para nabi, Maka karakter yang
paling ideal adalah Intelektual profetik. Menurut kuntowijoyo Profetik berasal
dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna Kenabian atau sifat yang
ada dalam diri seorang nabi. Adapun sifat nabi yaitu memiliki ciri sebagai
manusia yang ideal baik individu, sosial dan spiritual, menjadi pelopor perubahan,
membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti
melawan penindasan.
Internalisasi Nilai
Kuntowijoyo merumuskan nilai-nilai profetik
yang meliputi transendensi, humanisasi, dan liberasi. UNY mengharapkan
lulusannya menjadi insan yang cendekia, mandiri, dan bernurani. Muhammad Yunus,
pernah mengatakan bahwa universitas tidak boleh menjadi menara gading di tengah
masyarakat. Sudah selayaknya ilmu pengetahuan yang ada di Universitas
disalurkan untuk kepentingan masyarakat banyak, oleh sebab itu seorang intelektual
profetik harus menggunakan ilmu yang
dimilikinya untuk kepentingan masyarakat karena seorang intelektual profetik
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Mahasiswa merupakan kaum
intelektual yang menjadi pelopor perubahan bangsa dan memiliki potensi untuk
menjadi ”arsitek perubahan”, bahkan soekarno pernah menyampaikan beri aku 10
pemuda maka aku akan mampu mengubah dunia, dari peryataan soekarno tersebut
sudah jelas, bahwa peran mahasiswa mampu menjadi perancang perubahan guna
menuju perbaikan. Mahasiswa harus siap menjadi “director of change”.
Selain itu, mahasiswa siap menjadi “iron
stock” karena bangsa indonesia sekrang ini telah mengalami krisis kepemimpinan,
lebih tepatnya krisis pemimpin yang mampu memberikan teladan yang baik sehingga
harapanya calon pemimpin bangsa berikutnya dapat terlahir dari rahim sebuah
universitas yang menjunjung tinggi pembenahan moral, yaitu seorang sosok
intelektual profertik. Sebagai seorang mahasiswa diharapkan mampu penjadi aktor
sejarah dan menjadi transformator dalam setiap perubahan ke arah yang lebih
baik.