Jumat, 27 April 2012

PENDIDIKAN PROFETIK


INTERNALISASI NILAI PROFETIK DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh : Yollanda 
           
 Ketika kita berbicara tentang pendidikan karakter pada hakikatnya kita sedang berbicara tentang manusia itu sendiri karena pendidikan merupakan sarana strategis dalam pembentukan karakter, akan tetapi ketika kita melihat kondisi sosial masyarakat sekarang sudah banyak mengalami pergeseran nilai di setiap lini kehidupan,  mulai dari kasus korupsi sampai kasus asusila. Ary Ginanjar agustian (2008) menyampaikan beberapa point penting tentang kondisi indonesia saat ini. Lembaga Transparansi Internasional yang bermarkas di Berlin menempatkan indonesia pada ranking 137 dari 159 negara dalam hal korupsi tahun pada 2006, Sebanyak 42,3 % pelajar SMP dan SMA di cianjur telah melakukan hubungan seks di luar nikah, di indonesia diperkirakan setiap tahunya terjadi 2 s/d 2,6 juta kasus aborsi atau terjadi 43 aborsi untk setiap 100 kehamilan 30% diantaranya diperkirakan dilakukan oleh penduduk berusia 15-24 tahun,  Geng di SMA Negeri 34 (SMA teladan dan idola di jakarta) melakukan penyiksaan siswa-siswi yunior, agama yang seharusnya mengajarkan nilai-nilai luhur berhenti pada masalah ritual saja,  dan terakhir tentang kasusu UAN di padang, Sumatra Barat  semua siswa SMK Dhuafa Nusantara memboikot pelaksanaan UAN karena melihat adanya kebocoran soal ujian yang dilakukan oleh pengawas UAN. Kemudian pertayaan yang akan muncul kenapa akhirnya praktek-praktek penyimpangan itu banyak terjadi dalam dunia pendidikan, padahal kita ketahuai bahwasanya pendidikan merupakan sarana strategis dalam mengembalikan nilai-nilai kemanusian dan membentuk karakter.

Perspektif Profetik
Melihat dari realitas diatas Lantas karakter seperti apakah yang dapat di jadikan teladan untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan bangsa indonesia yang ada. Adapun Manusia yang patut di jadikan teladan yang baik yaitu nabi karena Ia memikirkan kepetingan masyarakat dan meninggalkan kepentingan pribadi, dengan membimbing kaum miskin dan budak belia melawan setiap penindasan dan ketidakadilan, serta mempunyai tujuan untuk menuju kearah pembebasan. Kita mengetahui bahwa ada 100 orang yang berpengaruh di dunia, Muhammad dan Isa menempati posisi atas. Di indonesia bebrapa tokoh besar bangsa bahkan para pahlawan kita sangat meneladani para nabi,  Maka karakter yang paling ideal adalah Intelektual profetik. Menurut kuntowijoyo Profetik berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Adapun sifat nabi yaitu memiliki ciri sebagai manusia yang ideal baik individu, sosial dan spiritual, menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.

Internalisasi Nilai
 Kuntowijoyo merumuskan nilai-nilai profetik yang meliputi transendensi, humanisasi, dan liberasi. UNY mengharapkan lulusannya menjadi insan yang cendekia, mandiri, dan bernurani. Muhammad Yunus, pernah mengatakan bahwa universitas tidak boleh menjadi menara gading di tengah masyarakat. Sudah selayaknya ilmu pengetahuan yang ada di Universitas disalurkan untuk kepentingan masyarakat banyak, oleh sebab itu seorang intelektual profetik  harus menggunakan ilmu yang dimilikinya untuk kepentingan masyarakat karena seorang intelektual profetik tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Mahasiswa merupakan kaum intelektual yang menjadi pelopor perubahan bangsa dan memiliki potensi untuk menjadi ”arsitek perubahan”, bahkan soekarno pernah menyampaikan beri aku 10 pemuda maka aku akan mampu mengubah dunia, dari peryataan soekarno tersebut sudah jelas, bahwa peran mahasiswa mampu menjadi perancang perubahan guna menuju perbaikan. Mahasiswa harus siap menjadi “director of change”. Selain  itu, mahasiswa siap menjadi “iron stock” karena bangsa indonesia sekrang ini telah mengalami krisis kepemimpinan, lebih tepatnya krisis pemimpin yang mampu memberikan teladan yang baik sehingga harapanya calon pemimpin bangsa berikutnya dapat terlahir dari rahim sebuah universitas yang menjunjung tinggi pembenahan moral, yaitu seorang sosok intelektual profertik. Sebagai seorang mahasiswa diharapkan mampu penjadi aktor sejarah dan menjadi transformator dalam setiap perubahan ke arah yang lebih baik.