Minggu, 01 Juli 2012

Rezeki

Jodoh, Ketentuan Allah

Wajah itu, kembali menyapaku di pagi hari ini. Wajah yang lebut penuh dengan ketenangan dan keceriaan. Lama rasanya tidak bertemu dengan sahabatku yang satu ini, karena dia sedang sibuk dalam mempersiapkan hari pernikahannya. Rasanya rindu sekali dengannya, rindu dengan nasehatnya, rindu dengan cerita-cerita hikmahnya, rindu dengan tawa dan keceriannya yang selalu memberikan ketenangan dan hal baru bagiku.

Pagi ini, seperti biasa kami berdua berniat untuk berolahraga. Di tempat yang biasa kami kunjungi, pacuan kuda. Kami biasa menghabiskan waktu bersama untuk sekedar lari pagi dan sarapan bersama. Setelah itu sambil bercerita tentang pengalaman kami satu sama lain.

Ada yang berbeda di hari ini, dia nampak begitu ceria. Ceria sekali, sangat berbeda... Aku senang, melihat keceriaan yang tampak dari wajah sahabatku ini. Keceriaan seorang wanita yang nampak sedang berbunga-bungan dan berbahagia. Ku pikir wajar, karena memang sebentar lagi ia akan menikah dengan seorang ikhwan luar biasa pilihan dari guru ngajianya.

Melihat keceriaan dan kebahagiaan yang muncul dari raut wajah sahabatku ini, aku sangat senang dan bersyukur. Terima kasih ya Allah, Engkau maha adil. Calon suami pilihan dari guru ngajinya memang tepat untuk sahabatku yang satu ini. Seorang ikhwan Sholeh yang memiliki visi sama dengannya.

“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”. [TQS. An-Nur: 26]

Awalnya, aku sempat heran dengan keceriaanya menyambut hari pernikahan yang akan digelar sebentar lagi. Beberapa waktu yang lalu temanku ini bercerita kalau dia sempat ragu untuk menerima ikhwan pilihan dari guru ngajinya karena belum siap dan belum bisa menerima latar belakang  “suku” sang ikhwan pilihan dari guru ngajinya. Karena, ia memang rada sensi dengan laki-laki sumatra yang memiliki watak keras dan pemarah.

Kemudian, aku menjadi penasaran untuk  bertanya. 

Ukh.. kenapa anti berubah pikiran, yang tadinya tidak siap untuk menerima kemudian anti menerima dengan penuh semangat dan keceriaan?”.

Ia menjawab dengan tegas, “aku tidak memilihnya ukh, tapi Allah yang memilihkannya untukku. Aku yakin bahwa ikhwan ini adalah ikhwan pilihan Allah untukku”.

Aku tersenyum, mendengar ucapan sahabatku ini dan kusambung dengan pertanyaan meledek. “Masa sih, yakin... dari mana anti yakin”.

Lantas ia menjawab “Allah itu, pasti memberikan yang terbaik untuk hambanya, dan ikhwan ini adalah yang terbaik untukku karena ia ikhwan yang sholeh”. “Kan, jelas ukh dalam hadis nabi ada empat fakor yang menjadi kiteria dalam pemilihan pasangan hidup, dan yang utama kita pilih itu karena agamanya buka  gantengnya, kayanya, atau keturunannya”

Dengan santai ku jawab, “oke deh.. percaya sama anti”. Kemudian cerita berlanjut dengan nasehat ringan dari sahabatku ini, “ketika mencari jodoh itu jangan berharap yang muluk-muluk, harus ini.. harus itu..., ganteng, sholih, pinter, cerdas, kaya dll. Karena ketika kita tidak mendapatkan yang kita harapkan, maka akan kecewa. Ketika kita kecewa sifat kufur akan mudah masuk ke dalam diri kita, dan akan jauh dari sifat syukur. Ketika kita jauh dari sifat syukur maka, lama-kelamaan kita akan jauh dari Allah. Nasihat-nasihat  singkatnya mengalir begitu saja.

"Bila kau sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju Ridha-Nya, bersabarlah dengan keindahan. dia tidak datang karena ketampanan, kecantikan, kepintaran ataupun kekayaan, tapi Allah-lah yg menggerakan. Jangan tergesa-gesa mengekspresikan cinta kepadanya sebelum Allah mengizinkan. Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu. Simpanlah segala bentuk ungkapan & derap hati rapat-rapat, karena Allah akan menjawabnya dengan indah di saat yg tepat"

Setelah lama bercerita, tak terasa aku dan sahabatku ini harus segera berpisah. Baru bertemu sudah harus berpisah lagi. Aku akan bertemu dia lagi di hari pernikannya. Sedih bercampur senang. Senang karena dia akan berbahagia, sedih karena mulai esok hari aku dan sahabatku tidak akan bertemu sesering sebelumnya. Karena ia akan tinggal bersama suaminya. Ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Iya... itulah hidup. Terus mengalir dan dalam putaran waktu selalu memberikan makna dan rona tersendiri, karena di dalamnya mengandung banyak kenangan yang tak bisa terlupakan...

Puisi

Aku tidak mau tau

Aku tidak mau tau tentang hidupmu
Aku tidak mau tau tentang dirimu
Aku tidak mau tau tentang pribadimu
Aku tidak mau tau tentang duniamu
Aku tidak mau tau semua tentangmu

Maka,
Aku tidak akan mencari tau tentangmu
Dari teman-temanmu
Dari jejaring sosial yang kau punya
Dari ceritamu tetang dirimu sendiri

Terserah,
Apapun yang terjadi padamu
Aku tidak mau tau...